Kuingin bicara jujur, dalam sebuah catatan sederhana yang kutulis dari tinta nostalgia diantara kita. Sejujur-jujurnya kutulis perasaan hati ini, penuh kenangan, penuh senyum, penuh bahagia saat denganmu. Sama seperti kenangan kenangan yang kau tuliskan dengan indah pada lembar kehidupanku.
Ah, apalah arti hidup ini tanpamu, apalah arti hidup tanpa rasa sedih, bahagia dan rindu. Pastilah terasa hampa. Tidak, tentu aku tidak berlebihan, setidaknya itulah yang kurasakan sampai saat ini, dan mungkin esok, lusa dan seterusnya.
Kuyakinkan sekali lagi bahwa aku tidak memilihmu. Lalu? Kuharap kau tahu jika aku memperjuangkanmu, sedari awal, sedari dulu. Masih ingat saat kau marah padaku? marah atas segala kebohongan dan tindak bodohku. Tentu kau berhak marah, tak sedikitpun aku menyalahkanmu. Tapi bukankah kadang cinta membuat orang buta? cinta membuat orang bodoh? Ya, kurasa aku sangat bodoh saat itu, tapi akan lebih bodoh lagi jika aku sampai tak bisa mendapatkanmu.
Pagi ini sungguh cerah, secerah hari-hariku saat bersamamu. Teh yang kuseduh pagi tadipun terasa begitu manis, semanis senyummu yang tak lekang dalam ingatanku. Masih kugoreskan tinta-tinta nostalgia ini pada catatan sederhana. Membingkai kisah-kisah lalu tentang kita berdua.
Kadang terasa sulit, kadang terasa berat. Kutahu itu yang kau rasakan saat jarak kita terpisah oleh lautan....Kuhela nafas panjang, yang kuyakin, dibalik ujian yang berat, dibalik cobaan yang dahsyat, selalu ada hal indah menunggu dibelakang. Itu, Itu yang selalu meyakinkanku untuk mempertahankanmu, bertahan sekuat karang yang dihantam sang ombak. Sekuat kapal dari serbuan perompak.
Rintik hujan dan sepinya malam sering membuatku diam. Bukan, bukan karena aku tak peduli, bukan karena aku tak sayang. Kadang aku diam memendam perasaan, perasaan yang memang tak perlu diungkapkan, perasaan yang lebih baik dipendam dalam-dalam untuk mempertahankan sebuah hubungan.
Sedihku, Kecewaku, Kesalku, Cemburuku tak kan pernah membuatku menyerah, tak akan membuatku pasrah. Justru hal itulah yang membuatku tak berhenti, justru itulah yang membuatku semakin mengerti, mengerti bahwa kebahagiaan sejati tak akan bisa diraih hanya dengan janji-janji. Ia butuh bukti, dan segala yang kubisa akan kulakukan untuk membuktikan bahwa aku benar-benar menyayangimu dengan sepenuh hati.
Ah, Tak terasa, waktu terus berjalan, matahari kian tenggelam, menandakan hari siap menyambut sang malam. Tinta ini seolah tak ingin berhenti, melukiskan wajah senyum cantikmu, menuliskan garis takdir tuk kita agar selalu bersatu, menggambarkan masa depan bahagia antara kau dan aku.
Kuingin tinta nostalgia ini tetap abadi, mengukir kisah kasih kita tiada henti. Agar kita bisa mengingat kenangan-kenangan ini puluhan tahun lagi. Aku, tentu tak akan pernah lelah menjadi tinta nostalgiamu, dan kau, jangan pernah lelah menjadi tinta nostalgiaku. Aku tak mau tinta nostalgia ini kering dan tersapu.
Senja sudah menjelang. Segera kututup jendela pintu kamar. Cahaya mataharipun sudah semakin samar. Sementara Bulan sudah siap menemani bintang, ia kan jadi saksi cintaku padamu. Saksi akan janjiku yang akan selalu mencintaimu, akan janjiku yang tak akan pernah meninggalkanmu. Kaulah mimpi dalam tidurku. Sayangku, temani aku dalam setiap malamku, aku menyayangimu. Selalu...
Sebuah catatan nostalgia
With Novita Nurma Sari S.Tr.Keb.