Hidup di Jakarta tidak hanya akrab dengan macet, polusi dan banjir, tetapi juga akrab dengan yang namanya pengamen khususnya bagi mereka yang keseharianya memanfaatkan bus kota sebagai sarana transportasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengamen adalah penari, penyanyi atau pemain musik yang tidak tetap tempat pertunjukannya. Dalam keseharian kita lebih akrab bahwa pengamen identik dengan menyanyi. Tapi apakah semua pengamen bisa menyanyi? tidak juga, karena ada beberapa yang bahkan sama sekali tidak bernyanyi, lalu? berikut akan diuraikan beberapa jenis pengamen berdasarkan modal sang pengamen dalam mengamen. Semua materi didapatkan dari pengalaman penulis.
1. Pengamen modal suara dan gitar
Untuk yang pertama ini adalah pengamen yang benar-benar pengamen. Ia menjadi pengamen karena ia sadar bahwa suara dan kemampuan memainkan alat musiknya bisa dijual. Saat seorang pengamen bisa menampilkan suara dan permainan musik yang enak didengar, penumpang tidak akan sungkan untuk memberikan uang kecilnya. Pengamen jenis ini adalah mereka yang menyanyi dengan hati. Sayangnya, saat ini cukup jarang kita temukan jenis pengamen yang seperti ini.
2. Pengamen modal alat musik
Pengamen jenis ini adalah pengamen yang alat musiknya lebih menonjol dibandingkan suaranya. Misal pengamen yang hanya menampilkan keahlian dalam memainkan harmonikanya tanpa bernyanyi. Contoh lain saat saya sedang menyantap nasi goreng di daerah Sabang, Sarinah beberapa bulan lalu, sekumpulan anak alay menggelar pentas musik disamping tenda nasi goreng, lengkap dengan gitaris, drummer dan juga keyboardist. Soal suara vokalis, jangan salah, sama sekali tidak terdengar. Atau minggu lalu saat saya mengikuti car free day disepanjang jalan Thamrin, Sekelompok anak muda juga menggelar konser mini dipinggir jalan, dengan personil lengkap plus backing vokal.
3. Pengamen modal percaya diri
Pengamen jenis ini saya temui dalam perjalanan pulang kerja dalam metro mini 640, saat melewati Sarinah seorang pria paruh baya berpakaian santai naik. Tak ada yang aneh, tak ada yang curiga, pria tersebut tak membawa alat musik apapun. Namun tak lama, dengan hanya mengucap salam, sang bapak langsung bernyanyi. Soal suara, wuidihh... Ancur, Artikulasi nggak jelas, lagu yang dinyanyikan, mungkin adalah lagu ciptaanya sendiri karena liriknya yang aneh dan sama sekali belum pernah saya dengar. Satu hal yang saya salut, sang bapak sangat percaya diri dalam bernyanyi, hampir sepanjang lagu matanya terpejam, tanganya menepuk paha, menghayati bait demi bait lagu yang didendangkan.
4. Pengamen modal akting
Waktu itu saya dalam perjalanan dari jatibening menuju tanah abang. Dua orang pria sudah standby didalam bis. Setelah bis jalan, mereka kompak menampilkan pertunjukkan. Satu orang menyanyikan lagu melalui alat musik, Yang lain membacakan syair puisi bertema politik dengan ekspresi wajah yang penuh penghayatan. hal tersebut dilakukan secara bergantian beberapa kali. Cukup menarik memang melihat pertunjukkan seperti itu dalam bis kota yang menurut saya beda dari biasanya.
5. Pengamen modal tampang
Yang saya maksud disini bukan modal tampang ganteng, melainkan tampang preman. Beberapa hari lalu saat dalam perjalanan dari Tangerang menuju Bekasi seorang pria berbada besar, berambut gondrong dan bermuka sangar naik saat bis berhenti didaerah kebon jeruk. Pria itu berdiri dekat pintu depan dengan suara serak-serak jeleknya ia mengucapkan syair yang kurang lebih bunyinya seperti ini.
"Aku bukan terbuat dari minyak ?#@
Tapi kita sama-sama terbuat dari sperma
. (Lupa)
Jikalau kalian datang dari style
.(Lupa)
Hei, anggaplah aku manusia
Salam perbedaan
Wassalam, Amin taba, Saloom, Haleluya"
Setelah membacakan syair yang sangat absurd ini, ia keliling minta uang.
Sejak saat itu saya baru tahu jika uang seratus perak sudah tidak laku lagi. kenapa? saat si pengamen berkeliling, saya menyiapkan uang receh yang ada di tas. Kebetulan uang receh yang terambil adalah pecahan seratus perak. nah, pas saya kasih itu uang, ternyata koin itu dikembalikan lagi sama si pengamen, karena saya pikir tidak ada yang salah, saya kasih lagi uang yang sama, trus dia balikin lagi uang itu. lalu dia bilang "ngejek lo ya? jangan ngejek dong", saya speechless. si pengamen berlalu.
6. Pengamen nggak modal
Pengamen jenis ini adalah pengamen yang mencederai nilai-nilai seorang pengamen. bagaimana tidak, waktu saya naik metro mini dalam perjalanan ke Tanah Abang, seorang remaja tanggung naik, tanpa basa basi ia mengatakan "Bapak-bapak, Ibu-ibu kasihanilah saya, saya ini anak jalanan, butuh makan butuh pulsa, kasihlah lima ratus atau seribu, uang segitu nggak akan ngurangi harta kalian...". Yang terakhir ini memang tidak pantas disebut sebagai pengamen.